Halo kawan, lama banget tak menorehkan kata-kata di blog yang satu ini 😀 Owh ya, Maaf Lahir Batin yak kalau aku ada salah-salah yang aku sengaja maupun tidak sengaja melalui komunikasi dunia maya ini. 🙂
Lebaran telah usai, ya meski masih ada suasana lebarannya sih. Tapi keramaian lebaran telah berlangsung beberapa hari yang lalu.
Sebenarnya artikel ini cocok kalau di posting sebelum lebaran kemarin, tapi ya gimana lagi, aku inginnya di posting pasca lebaran saja. Hehe.
Jadi gini, sesuai dengan judulnya, “Lebaran Berkah Jauhi Ghibah”. Saya hanya ingin mengingatkan diri saya pribadi dan tentunya kita semua kaum muslim yang sedang membaca artikel ini. Untuk lebih hati-hati dan menjauhi yang namanya Ghibah.
Apa itu Ghibah? Ghibah itu sederhananya menggunjing orang lain.
Nah, di moment lebaran seperti kemarin, tentu kita akan bertemu banyak orang, sanak saudara yang berkumpul dari daerah lain (baca: mudik). Moment ini pastinya membuat kita sangat senang karena akhirnya bertemu dengan sanak saudara yang telah satu tahun tak bertemu.
Biasanya kalau ketemu kawan dan sanak saudara yang telah lama tak bertemu, kita lebih suka ngobrol panjang lebar, sembari melepas kangen. Tapi, yang kadang tidak kita sadari adalah, pertemuan silahturahmi lebaran itu menjadi rusak karena kita terjebak dalam obrolan yang tidak ada manfaatnya (Ghibah).
Tanpa kita sadari, ucapan kita membicarakan keburukan orang lain. Naasnya, obrolan semacam itu akan semakin asyik jika orang yang kita ajak ngobrol juga menanggapinya. Sehingga virus ghibah ini langsung menjalar hingga kemana-mana. Dan pada akhirnya, makna Lebaran Berkah sirna begitu saja. Karena kita tidak bisa memanfaatkan untuk sesuatu yang memang ada manfaatnya.
Di lebaran kemarin, saya pun sering menemui kejadian serupa, yang pada akhirnya hanya bisa membuat saya diam saja.
Nah, lebaran tahun ini telah usai. Mari kita jadikan moment ini untuk instropeksi diri agar ke depannya kita lebih bisa menjaga lisan dan ucapan. Sudah sangat cukup, puasa ramadhan kemarin kita jadikan pelajaran, dan jangan sampai kita rusak pelajaran itu dalam satu hari lebaran dengan melakukan ghibah dimana-mana.
Saya bukan ustadz, saya juga bukan orang yang ahli agama. Namun, saya hanya manusia biasa yang masih sangat dangkal ilmu agama saya. Untuk itu saya berusaha untuk belajar dan saling mengingatkan, bahwa jika kita tidak bisa menjaga lisan lebih baik kita diam. Biarlah orang lain menganggap kita sombong, karena tak banyak ucapan, yang penting adalah kita sudah menjauhi ghibah.
Tutup telingan dan jaga lisan kita, mari jadikan lebaran menjadi berkah dengan menjauhi Ghibah. Tidak hanya waktu lebaran saja, tetapi juga hari-hari biasa.
Demikian yang bisa saya sampaikan melalui artikel ini, apabila ada kesalahan kata, mohon kiranya saya diingatkan. Terima kasih. Semoga bermanfaat untuk kita semua.